
Penulis: Anash Barokah, S.IP (Ketua Pimpinan Ranting Toboali)
Generasi kami adalah generasi “NOTHING” yang di apit oleh :
- Anak kolomerat yang manja dengan bapaknya sehingga dia mendapatkan segalanya dengan merengek seolah apa yang di rasanya adalah kesakitan luar biasa. Tak terpandang di usianya bahkan juga tidak mempunyai potensi yang besar namun dalih nama bapaknya membuat dia lebih cepat menuju kaya atau sukses katanya.
- Orang tua /generasi 70an ke atas yang selalu menganggap kami anak kecil sehingga dalih asam garam selalu menjadi peluru sakti meredam dan merusak psikologi. Mereka tidak menerima akan kemajuan semesta sehinga membuat generasinya seoalah tak habis akan usia.
Dua indikator di atas adalah hal-hal yang tidak pernah memberikan ruang kesempatan , bahkan selalu meremehkan seberapa besar nominal yang kau pegang, kata sih anak kolemerat atau kamu belom layak untuk hal besar , anak kecil harus lebih banyak belajar, seru orang tua.
Tersenyum adalah jawaban yang menandakan kami beretika dan santun, namun percayalah kecil yang di pandang seperti kerikil akan tajam jika terhempas angin, dan kami segerintil kerikil yang berusaha menyatu menjadi segumpalan batu besar bak gunung yang memwadahi tumbuh kembang reaksi alam dalam berkehidupan.
Mereka berpendapat dan kami membenarkan, proses menuju kesuksesan berbeda-beda namun kami memiliki hukum prinsip sendiri saja bisa apalagi berkelompok, mempunyai akar rumput yang kuat hingga tak mudah gentar akan gerentakan kucing mengaku macan. Frasa “berat sama di pikul ringan sama di jinjing” adalah dasar dalam hukum kekeluargaan yang kami terapkan dalam berkehidupan bersosial.
Kami adalah catatan hitam suatu pembuktian rusaknya pola pikir dan instanya cara dalam menuju hal di luar sistematis kehidupan. Bagi mereka kami adalah suara bising tapi bagi kerabat, kami adalah nada yang pas dalam melangkah menyuarakan minoritas pikiran yang luas.
Editor: Erik