
Foto: Istimewa - Septio, S.Sos
Editor : Sahabat Rapi
Di Bangka Belitung, beguyur bukan sekadar kebiasaan membasahi tubuh dengan air, tetapi juga sebuah metafora yang mencerminkan hubungan sosial masyarakat setempat. Seperti tetesan air yang perlahan-lahan membentuk aliran sungai yang deras, interaksi sosial di Bangka Belitung pun berkembang melalui proses bertahap yang didasarkan pada kepercayaan, kesetaraan, dan ketergantungan satu sama lain.
Lebih dari sekadar menyiram air, beguyur adalah simbol interaksi yang mempererat ikatan persaudaraan. Setiap tetesan air yang jatuh menggambarkan proses panjang dalam membangun hubungan yang kokoh dan bertahan lama. Tidak ada yang instan—kepercayaan, rasa memiliki, dan kebersamaan memerlukan waktu, kesabaran, serta saling pengertian, sebagaimana dalam hubungan sosial yang harmonis. Beguyur mengajarkan bahwa hubungan antarmanusia dibangun dengan sikap menghargai, berbagi, dan berproses bersama, bukan dengan pendekatan instan atau transaksional.
Selain itu, beguyur juga merefleksikan nilai-nilai kearifan lokal yang terus hidup dalam masyarakat Bangka Belitung. Kehidupan sosial mereka bertumpu pada kebersamaan dan gotong royong. Berbagai kegiatan kemasyarakatan, seperti tradisi membantu sesama dalam acara adat, kegiatan panen bersama, hingga kerja bakti di lingkungan desa, menunjukkan bahwa saling membantu dan berbagi adalah bagian dari budaya mereka. Semangat solidaritas ini menguatkan rasa keterhubungan, di mana setiap individu merasa memiliki tanggung jawab untuk mendukung satu sama lain.
Dalam konteks yang lebih luas, beguyur juga dapat diartikan sebagai filosofi hidup yang relevan dalam berbagai aspek kehidupan modern. Di tengah masyarakat yang semakin individualistis, konsep beguyur mengingatkan kita bahwa hubungan sosial yang sejati tidak dibangun dalam sekejap, melainkan melalui interaksi yang tulus dan berkelanjutan. Nilai-nilai seperti empati, gotong royong, dan kebersamaan tetap menjadi kunci dalam membangun komunitas yang harmonis, baik dalam lingkungan keluarga, tempat kerja, maupun kehidupan bermasyarakat secara lebih luas.
Dengan demikian, beguyur bukan hanya warisan budaya, tetapi juga pelajaran berharga tentang bagaimana manusia dapat hidup berdampingan dalam harmoni, saling mendukung, dan tumbuh bersama. Filosofi ini mengajarkan bahwa setiap interaksi kecil, setiap tindakan kebaikan, dan setiap bentuk kepedulian, sekecil apa pun, dapat menjadi tetesan yang mengalirkan kebaikan lebih besar di masa depan.
Artikel ini ditulis oleh Septio, S.Sos yang merupakan kader Ansor Bangka Selatan