Foto - Istimewa (Ilustrasi Lahan Kebun)
Oleh: Rapi
Setelah berbulan-bulan tidak ditempoh (didatangi), sabtu pagi ari ke kebun miliknya yang sudah dibersihkan sebelumnya. lahan dengan luas kurang lebih 1 hektar ini direncanakan untuk menanam sawit.
3 bulan lalu ari nebas (membersihkan) lahan milik mertuanya tersebut, dengan semangat yang berapi-api, ari mengajak 2 temannya membersihkan lahan tersebut.
“Semangat e bat (kependekan dari sahabat) nebas lapang ni” (Semangatnya bat membersihkan lahan ini), ucap seorang sahabat kepada ari.
“Aok bat, men dak macem ni dak pacak meli uto untuk ngajak bini bejalan” (iya bat, kalau tidak begini susah beli mobil untuk bawa istri jalan-jalan), ucap ari sembari tertawa.
“Men hanye ngarep gaji ngajar susah nek nabung” (kalau hanya mengharapkan gaji mengajar susah untuk menabung), sambungnya.
Dalam kesehariannya, ari memang bertugas sebagai guru di sebuah sekolah dasar di pulau seberang, tepatnya di salah satu ujung selatan pulau bangka. Setiap senin sampai jum’at ari bertugas di sekolah tersebut dan pulang setiap jum’at sore.
“Yoh, isak kawa, kite pacak” (yuk, asal mau pasti bisa), ujar ari menyemangati sahabat-sahabatnya menirukan ucapan bupati bangka selatan.
Setelah kurang lebih 2 minggu semasa libur sekolah, ari dan sahabat membersihkan lahan miliknya, akhirnya lahan itu pun siap untuk ditanam.
Libur semester pun berakhir, ari harus kembali bertugas sebagai guru di pulau seberang. Ari dan para sahabat sibuk dengan rutinitas masing-masing.
Setiap sabtu dan minggu ari meluangkan waktu istirahatnya untuk melihat lahan miliknya sembari menunggu bibit sawit miliknya siap tanam. Namun, itu hanya berlaku pada 2 bulan pertama setelah dibersihkan.
Karena harus membagi waktu dengan keluarga dan sahabatnya, lahan itu pun mulai tidak kunjung ditempoh (didatangi). Bisa terbayangkan dalam kepala, bahwa lahannya pasti sudah mulai ditumbuhi rumput.
Berbulan-bulan berlalu, akhirnya libur semester kembali tiba dan bibit sawitnya pun siap untuk ditanam. Ari kembali mengajak sahabat-sahabatnya untuk behao (tolong menolong) untuk menanam bibit di lahan miliknya.
Minggu pagi, menjadi kesepakatan bersama untuk menanam sawit milik ari, dan minggu berikutnya menanam lahan milik sahabatnya.
Namun karena khawatir dengan kondisi lahan miliknya, sabtu pagi ari ke lahan miliknya untuk memantau kondisi lahan yang akan ditanami pohon sawit tersebut.
Alangkah terkejutnya ari melihat lahan kebun miliknya, sudah ditumbuhi rerumputan dan tunas-tunas kecil.
Belum sempat untuk menurunkan kaki motor, ari sudah lemas melihat lahan miliknya. Bahkan jalan yang biasa dilalui untuk masuk ke lahan miliknya pun sudah tertutup rumput dan akar-akar kecil.
“Tamat, lah hemek pulek kebonku” (selesai sudah, sudah semak lagi kebunku) keluh ari sambil menghela napas.
“Macem mane nek nanem e ni?” (Bagaimana mau menanam kalau begini?) Tanya ari kepada diri sendiri.
Pada akhirnya, ari harus nebas (membersihkan) ulang lahan miliknya tersebut dan menunda untuk menanam sawit miliknya.
“Isak males ge haro” (Jika malas pasti akan susah).
