
Oleh: Rapi, S.Pd
Interaksi sosial adalah elemen kunci dalam kehidupan manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia membutuhkan hubungan dengan sesamanya untuk berbagi pemikiran, emosi, dan kerja sama. Namun, di era digital yang semakin maju, cara manusia berinteraksi telah berubah secara signifikan. Kini, media sosial, aplikasi perpesanan, dan berbagai platform daring menjadi sarana utama dalam berkomunikasi. Transformasi ini membawa dampak yang luas, baik secara positif maupun negatif, khususnya bagi generasi muda yang tumbuh di era ini. Sebagai seorang guru Pendidikan Agama Islam (PAI), perubahan ini perlu disikapi dengan bijak, terutama dalam membentuk karakter siswa yang berlandaskan nilai-nilai keislaman.
Di satu sisi, kemajuan teknologi digital dapat menciptakan jarak dalam interaksi sosial. Siswa lebih banyak menghabiskan waktu di depan layar gawai mereka daripada berbicara secara langsung dengan keluarga atau teman-teman. Hal ini dapat mengurangi kemampuan mereka dalam berempati dan memahami emosi orang lain, yang biasanya terbentuk melalui kontak langsung. Kurangnya interaksi tatap muka juga bisa mengurangi rasa saling menghormati dan sopan santun yang selama ini dijunjung tinggi dalam budaya interaksi sosial di masyarakat.
Selain itu, penyalahgunaan teknologi sering kali terjadi di kalangan siswa. Penyebaran informasi palsu (hoaks), ujaran kebencian, serta perundungan siber menjadi ancaman yang nyata. Jika tidak dibekali dengan pemahaman etika dan nilai-nilai agama yang kuat, generasi muda bisa terjebak dalam perilaku yang merusak hubungan sosial dan menciptakan konflik di masyarakat. Lebih jauh lagi, ketimpangan akses terhadap teknologi juga menjadi tantangan tersendiri. Tidak semua siswa memiliki kesempatan yang sama dalam menggunakan perangkat teknologi canggih, sehingga kesenjangan sosial dapat semakin lebar.
Namun, di balik tantangan tersebut, era digital juga membuka banyak peluang bagi interaksi sosial yang lebih luas dan bermakna. Teknologi memungkinkan siswa untuk berhubungan dengan teman-teman mereka dari berbagai wilayah, bahkan lintas negara. Ini merupakan kesempatan untuk memperluas wawasan mereka tentang keberagaman budaya dan cara pandang yang berbeda, yang sebelumnya mungkin sulit diakses.
Di sisi lain, teknologi digital juga memberikan kemudahan dalam berkolaborasi. Siswa dapat bekerja sama dalam berbagai proyek atau tugas kelompok secara daring, memanfaatkan alat komunikasi yang tersedia untuk saling berbagi ide dan pandangan. Kolaborasi ini dapat menumbuhkan kreativitas dan meningkatkan kemampuan kerja sama di antara mereka, yang akan berguna dalam kehidupan mereka kelak.
Sebagai guru PAI, peluang ini bisa dimanfaatkan untuk mendukung proses pendidikan karakter yang islami. Media digital bisa menjadi sarana yang efektif untuk menyampaikan nilai-nilai agama yang relevan dengan kehidupan siswa sehari-hari. Misalnya, membuat konten dakwah yang menarik dalam bentuk video, infografis, atau pesan singkat yang mudah dipahami dan diakses oleh siswa. Dengan cara ini, teknologi bisa menjadi alat yang memperkuat pemahaman agama dan membentuk perilaku yang baik, bukan sebaliknya.
Guru juga memiliki peran penting dalam mengajarkan siswa tentang etika berkomunikasi di dunia digital. Mengajarkan mereka untuk selalu jujur, tidak menyebarkan informasi yang tidak benar, serta menjaga akhlak dalam berinteraksi di media sosial adalah hal yang esensial. Selain itu, guru dapat mengarahkan siswa untuk menggunakan teknologi sebagai sarana untuk kebaikan, seperti berbagi ilmu, membantu sesama, atau menyebarkan konten yang bermanfaat dan inspiratif.
Penting pula bagi guru untuk mengintegrasikan teknologi dalam proses pembelajaran di kelas. Penggunaan platform pembelajaran daring, diskusi virtual, atau media digital lain dapat menjadi cara yang efektif untuk menghubungkan siswa dengan materi PAI secara lebih menarik. Hal ini tidak hanya meningkatkan minat belajar siswa, tetapi juga membantu mereka memahami bagaimana memanfaatkan teknologi secara bijak dan bertanggung jawab.
Dengan demikian, interaksi sosial di era digital membawa tantangan yang harus kita sikapi dengan cermat. Namun, di sisi lain, era ini juga membuka peluang besar untuk membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berakhlak mulia dan mampu memanfaatkan teknologi dengan bijak. Sebagai guru PAI, tugas kita adalah membimbing siswa agar mereka dapat beradaptasi dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan nilai-nilai agama yang menjadi pondasi utama dalam kehidupan mereka.