
Foto : Istimewa
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) akan merayakan hari lahir (harlah) ke-102 pada 31 Januari 2025. Dalam rangkaian peringatan yang dimulai 16 Januari hingga 5 Februari mendatang, dua agenda utama yang menjadi sorotan adalah Kongres Pendidikan Nasional dan Kongres Keluarga Maslahat NU. Kedua kongres ini dirancang untuk mengidentifikasi masalah pendidikan serta tantangan dalam keluarga, sekaligus menyusun langkah-langkah strategis untuk masa depan NU.
Pada momentum ini, PBNU memprioritaskan dua kongres besar. Kongres Pendidikan Nasional akan menjadi forum untuk mengevaluasi permasalahan pendidikan sekaligus menyusun langkah konkret guna menghadapi tantangan ke depan. Pasalnya, NU mengelola ribuan lembaga pendidikan, mulai dari 13.000 raudhatul athfal (TK), 26.000 pesantren, 10.000 madrasah dan sekolah formal, hingga lebih dari 300 perguruan tinggi.
“Kongres ini akan mempertemukan berbagai pihak yang terlibat dalam dunia pendidikan untuk merumuskan solusi yang tepat,” jelas Gus Yahya.
Di sisi lain, Kongres Keluarga Maslahat difokuskan pada gerakan yang telah dijalankan NU selama hampir dua tahun terakhir. Melalui gerakan ini, NU berupaya menghadirkan kader-kader yang membantu menyelesaikan persoalan mendasar dalam keluarga, yang diyakini menjadi akar dari berbagai masalah sosial. Untuk mendukung program ini, NU telah membentuk satuan tugas (satgas) hingga tingkat desa di 10 provinsi, termasuk Jawa Timur, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Sulawesi Selatan. Hingga kini, gerakan ini telah melibatkan sekitar 2,5 juta keluarga.
“Kami menargetkan program ini dapat diperluas secara nasional, dengan berbagai aktivitas seperti parenting, literasi keuangan keluarga, dan pendidikan,” kata Gus Yahya.
Selain dua kongres utama tersebut, peringatan Harlah NU juga akan diisi dengan acara pendukung, seperti Festival Keluarga Indonesia, yang puncaknya akan digelar di Istora Senayan pada 5 Februari.
Pada kesempatan yang sama, Gus Yahya juga mengumumkan bahwa sejumlah pesantren NU akan dijadikan percontohan untuk program makan bergizi gratis. Dengan jaringan ritel dan usaha agribisnis yang telah dimiliki NU di berbagai daerah, seperti Jawa Tengah, DI Yogyakarta, dan Jawa Timur, NU siap berkolaborasi dengan pemerintah dalam pelaksanaan program ini.
“Beberapa pesantren telah dihubungi untuk menjadi proyek percontohan. Kami berharap langkah ini bisa segera terealisasi, sehingga NU dapat memberikan kontribusi nyata dalam meningkatkan gizi masyarakat,” ungkap Gus Yahya.